Sabtu, 23 April 2011

JADILAH ORANG TUA YANG DICINTAI ANAKNYA, BUKAN DITAKUTI!

Kira-kira apa yang dilakukan orang tua saat anaknya sibuk main game sepanjang hari ?
Lalu kalimat apa yang  akan keluar dari mulut orang tua saat melihat sang anak duduk sepanjang malam di depan TV sehingga melalaikan PR nya?

Dari mana datangnya hobby game mereka? bukankah game itu diperoleh dari orangtuanya?
Siapa yang paling sering menceritakan dengan semangat mengenai berita-berita  infotainment juga kisah-kisah sinetron....lalu disaat bersamaan memarahi anaknya karena keranjingan nonton TV?

Kebanyakan orang tua hanya bisa melarang anak-anaknya tanpa memberi pemahaman.
Menuntut anak-anaknya tanpa melihat kemampuan mereka.
Mengatur anak-anaknya tanpa perduli kebutuhan mereka.

Berapa banyak anak yang menjadi korban ke-egoisan orang tua?
Tidak terhitung anak-anak remaja yang dibawa  mondar mandir konsultasi pada psikolog dan disaat bersamaan mereka dihujani beban berat oleh orang tuanya.
Berapa banyak orang tua yang merasa bahwa anak-anaknya  adalah mutlak milik mereka, dan mereka mempunyai hak  untuk bisa melakukan apa saja terhadap anak-anak mereka.

Bukan maksud hendak menghakimi, namun mari mulai untuk memperbaiki cara kita dalam mencintai dan mendidik anak-anak kita.
Karena mereka bukan hanya sekedar menjadi 'penerus nama' orang tua,  namun mereka adalah calon penerus generasi yang akan melanjutkan Risalah Rasul saw.

Dibawah ini adalah salah satu cara yang dicontohkan Rasul saw untuk mendekati anak-anak dengan cara yang bijak tanpa mengganggu kebutuhan psikologis mereka. 
Semoga bermanfaat!

Anas r.a yang merupakan pelayan Rasul saw menceritakan pengalamannya;
"Pada suatu hari aku melayani Rasulullah saw. Setelah kurasakan bahwa tugasku untuk melayani Beliau telah selesai dan kukira Beliau sedang istirahat siang, aku keluar menuju ke tempat anak-anak bermain. Lalu aku menyaksikan mereka sedang bermain.
Tidak lama kemudian, Rasul saw datang seraya mengucapkan salam kepada anak-anak yang sedang bermain, lalu beliau memanggilku dan menyuruhku untuk suatu keperluan.  Akupun segera  pergi untuk menunaikannya, sedang Beliau duduk di bawah naungan pohon hingga aku kembali kepadanya.....dst"

Pelajaran yang dapat dipetik dari riwayat di atas adalah sbb :
1. Rasul saw selalu memperhatikan keadaan anak-anak dan membiarkan mereka memenuhi kebutuhan psikologisnya tanpa mengekangnya.
Makna :
Jangan mengekang atau mereka menghentikan tiba-tiba apa yang anak-anak sukai, karena pengekangan hanya akan membuat anak berontak.
2. Terlebih dulu Nabi saw mendatangi sang anak dengan mengucapkan salam (doa) dengan lembut sebagai tanda bahwa Beliau menghargai anak tersebut dan sebagai doa bagi mereka.
Makna :
Datangi/dekati mereka dengan kata-kata yang lembut, bijak  dan jangan mencari-cari kesalahan.
Disaat bersamaan hati kita memohon/berdoa pada Alloh agar mereka dijadikan hamba-hamba Alloh yang saleh.
Tunjukan bahwa kita menyayangi  dan tidak bermaksud untuk  'merampas' kebahagiaan mereka.

3. Setelah itu Nabi saw duduk bersama, sambil memperhatikan permaiman mereka juga merasa senang dan kagum dengan keceriaan dan gerakan mereka yang gesit. Sehingga anak-anakpun merasa senang dan gembira.
Makna:
Ikut gembira dengan kegembiraan yang mereka rasakan, tidak antipati terhadap kesenangan mereka. 
Buat mereka merasa senang kita berada ditengah-tengah mereka. 
Jangan membuat 'tembok' antara kesenangan kita dengan kesenangan mereka.
 
4. Kelembutan, penghargaan dan  kebersamaan yang Rasul saw berikan membuat kecintaan anak-anak pada Beliau menjadi tertanam. 
Saat kecintaan telah tertanam maka apa-apa yang akan Nabi sampaikan akan mereka dengarkan dan taati tanpa merasa terpaksa.
Makna :
Tumbuhkan rasa cinta anak-anak kepada orangtuanya dengan cara memberikan kelembutan, penghargaan dan kebersamaan. 
Jangan membuat anak malah merasa takut dan tidak nyaman saat orang tua berada didekatnya.
Jika rasa cinta anak terhadap orang tua telah tertanam maka insya Alloh setiap nasihat dan permintaan orang tuanya akan dipenuhi dengan hati yang tulus tanpa keterpaksaan.
Jadilah orang tua yang dicintai anak-anaknya, bukan ditakuti!
Yang paling utama dari semua itu adalah jadilah contoh terbaik bagi anak-anak kita.
Karena anak-anak adalah peniru terbaik dari sikap dan kebiasaan orangtuanya!


Semoga memperoleh hikmah
Tafakurlah walau hanya Satu Menit Sehari!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar